Selasa, 09 Februari 2010

Belajar dari Coca Cola

Dalam prasasti The Coca-Cola Company di Atlanta, AS terpampang tulisan: There’s no limit to what a man can do or where he can go if he doesn’t mind who gets the credit. Dalam bahasa Indonesia: Tidak ada batas terhadap apa atau dimana yang dapat dikerjakan manusia, selama dia tidak mempersoalkan siapa yang mendapat kehormatan.


Bila dalam suatu komunitas, masing-masing individu bersama-sama merasa dalam persatuan dan kesatuan, dalam semangat cinta kasih dan pengabdian, seyogyanya tidak ada tempat untuk saling iri dan bersaing tidak sehat.

Manusia tergolong sebagai mamalia (hewan yang menyusui), berbeda dengan hewan biasa manusia lebih mempunyai kecerdasan (hewan IQ nya jongkok), akal budi dan terlebih lagi hati nurani yang membuatnya juga mampu membuat pertimbangan-pertimbangan moral. Dalam bahasa spiritual dikatakan: manusia adalah makhluk berkesadaran.


Karena kesadaran manusia sering berubah-ubah dari waktu ke waktu perlu rambu-rambu etika moral bagi manusia untuk mengingatkan setiap individu akan maksud dan tujuan Tuhan menciptakan manusia terlepas dari apapun agama atau aliran kepercayaannya.


Kemerosotan etika moral bangsa Indonesia karena sekarang ini kebanyakan manusia Indonesia tidak lagi menjunjung tinggi pribahasa, meresapi ajaran adat kejawen, adat berpantun masyarakat Sumatra Barat, yang kesemuanya itu adalah warisan rambu-rambu etika moral milik nenek moyang bangsa Indonesia.


Pemimpin yang baik

Harus memenuhi persyaratan:

  1. Mampu menguasai pengikut atau kelompok yang dipimpinnya (mampu memerintah).
  2. Mampu memahami dan menarik hati (berempati) terhadap kelompok nya.
  3. Mampu mengambil tindakan yang tepat terhadap situasi dan kebutuhan kelompoknya.
  4. Tidak bertindak sendirian (one man show), tetapi mau mengajak dan juga mengajarkan orang lain untuk ikut bertindak lebih baik.
  5. Tidak mencari popularitas bagi dirinya sendiri.

oooooOOOooooo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar